DUNIA
BARU DI HATI KU BERNAMA FLP
Oleh
: SITI ZULBAIDAH HASAN *)
Awal aku mengenalnya
Aku
mengenal FLP ( Forum Lingkar Pena) dari sebuah majalah remaja islam “ ANNIDA”,
yang pada saat itu di ketuai oleh mbak Helvy Tiana Rosa (HTR) dan disaat yang bersamaan
mbak Helvi adalah Pimpinan Redaksi Majalah “ Annida”, karena aku suka membaca
majalah Annida sejak tahun 2000 ya walau tidak selalu membeli majalah tersebut,
dan disana ada namanya rubrik Galeri yang sering menuliskan info tentang FLP,
di majalah Annida No. 18 Th IX 5 Juli 2000 disana di ceritakan sejarah awal
terbentuknya FLP yaitu berawal dari pertemuan informal beberapa alumnus
Fakultas Sastra Universitas Indonesia, terlontar keprihatinan terhadap minat
membaca dan menulis para pemuda/ pemudi. Maka pada tanggal 22 Februari 1997
resmi Forum Lingkar Pena berdiri dengan lambang pena yang melingkari bumi, dan
memiliki semboyan : Berbakti, berkarya dan berarti. Seiring dengan perjalanan
waktu tersebarlah kepengurusan FLP keseluruh wilayah Indonesia sampai ke manca
negara.
Walau
telah lama mengenal FLP belum berani rasanya untuk bergabung didalamnya karna
aku melihat bahwa orang – orang di FLP adalah penulis yang hebat sebut saja
diantaranya : Mbak Helvi Tiana Rosa yang karyanya tersebar dimana saja bahkan
sekarang termasuk kedalam sastrawati yang terkenal di Indonesia, mbak Asma
Nadia yang sekarang malah telah mendirikan penerbitan Asma Nadia Publishing
House, mbak Izzatul Jannah yang sekarang telah menjadi ketua FLP pusat, mbak
Afifah Afra Amatullah sempat menjadi ketua FLP Semarang, almarhumah mbak Diana
Roswita FLP Banda Aceh, Almarhumah mbak Nurul F Huda ketua FLP Batam. Saya
merasa ketika masuk kedalam FLP adalah orang – orang hebat dalam berkarya dan
mencerah kan umat ini dengan sastra islami.
Di
akhir tahun 2004 aku mengetahui informasi tentang FLP di kota kelahiran ku,
namun tak juga keberanian untuk bergabung hinggap di hatiku, namun seiring
waktu yang berjalan di akhir tahun 2010 ku beranikan untuk ikut rekrutmen
pembukaan anggota baru FLP Cabang Pekanbaru setelah mendapat info pembukaan
dari seorang adik yang juga penggurus FLP wilayah Riau dan mendapat telpon
langsung dari ketua FLP cabang Pekanbaru yang menginfokan tentang pembukaan
Anggota baru FLP Cabang Pekanbaru
angkatan ke enam. Proses pemagangan selama tiga bulan memperkaya pengetahuan ku
tentang sastra walau sampai hari ini terus terang aku masih terus dalam proses
belajar berkarya, kalau aku mengatakan proses belajar menulis rasanya aku
menyepelekan peran ibunda, guru SD, guru SMP, guru SMA bahkan dosen di
perguruan tinggi yang telah mengajarkan aku menulis walau belum sempurna. Yap
saat ini aku sedang proses belajar berkarya dengan kata- kata semoga bisa
menjadi ladang amal untuk bekal di yaumil mashar.
FLP dan diseleksia
Mungkin orang tak pernah tahu
kalau aku sebenarnya mengidap penyakit “ Diseleksia” yaitu kesulitan menggolah
kata- kata, dalam sebuah situs internet http://health.kompas.com/read/2010/08/03/09255726/Apa.Itu.Disleksia
aku membaca penyandang diseleksia biasaya mengalami masalah dalam : 1. Masalah
Fonologi, yaitu hubungan sistematik
antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku”
dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi
hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak
disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input
di dalam otak. 2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia
mempunyai level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai
kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama
teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di
sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan
suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang
sederhana.3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia
mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan
dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering
”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa
apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke
tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan
mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga
mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya
mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang
disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit
sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala
mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka
tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan
memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh
anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan
tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan
lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak
disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena
tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
Tentu dari pemaparan diatas ada
yang bertanya, “ Apa hubungan Diseleksia
dengan FLP ?”, tentu ada kaitannya, karena penyakit diseleksia yang
kusandang ini sedikit berkurang karena latihan menulis, hal ini terkait dengan
pertanyaan ku pada seorang calon Psikolog yang juga salah satu pengurus FLP
pertanyaan ku waktu itu bukan tentang diseleksia tapi tentang phobia ku dengan
ketinggian, adik tersebut mengatakan cara menghilangkan phobia adalah dengan
melawan phobia yang kita rasakan, pada
saat itu aku berfikir kalau diseleksia ku mungkin bisa berkurang dengan banyak
menulis dan membaca. Di FLP aku lebih bersemangat dalam menulis karena
lingkungan yang membawaku pada suasana nyaman untuk menulis, ya walau kurasa
belum ada karya yang berarti yang ku punya, tapi minimal aku bisa terus
berlatih untuk mengurangi diseleksia ku dalam hal tulisan yang sering
ketinggalan huruf bahkan sering salah penulisan dalam huruf yang sama.
FLP dan sebuah Cita-cita
Ketika kulirik lagi 100 dari
mimpi ku salah satunya membuat buku yang bisa bermanfaat bagi orang lain dan
membuat perpustakaan mini yang bisa di nikmati lingkungan sekitar sehingga
budaya membaca menjadi kesenangan bagi masyarakat. Di FLP mengantarkanku pada
sebuah cita- cita membuat buku yang bermanfaat,
ku sadar ketika di FLP tidak lantas karya ku langsung di lirik oleh
Penerbit bahkan jika karya ku ku ajukan ke penerbit belum tentu langsung jadi
Best seller, menurut ku FLP ibarat sebuah ladang untuk menyemai cita- cita,
berhasil atau tidak nya tanaman yang ku semai tentu banyak faktor yang
mendukung keberhasilannya, dan jika suatu hari karyaku bisa sukses itu bukan
dari hasil ku sendiri tentu banyak hal yang mempengaruhinya dan salah satunya
FLP yang telah menyediakan ladang nya untuk ku bertanam. Semoga saja kita bisa
menjadi penulis yang mencerahkan tidak hanya untuk orang lain termasuk diri
kita yang menulisnya, jangan menjadi lilin yang menerangi orang lain dan
membiarkan dirinya habis meleleh dimakan api. Seperti dalam Al-Qur’an surat Az-Zilzal: 7 ( Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat “zarrah”, niscaya dia akan
melihat balasannya), berbuatlah kebaikan walau itu hanya melalui tulisan.
FLP dan dunia baru di hati ku
FLP telah melahirkan sebuah
dunia baru di hati ku, dunia baru itu bernama “ membaca dan menulis”, dengan membaca terbuka semua informasi dunia
dan dengan menulis terangkailah kata-kata, setiap kali sebuah kalimat yang
tertulis walau tak indah berharap menjadi pengingat diri bahwa hidup tak akan
lama di dunia ini dunia hanya persinggahan sementara untuk membeli bekal amal
untuk menuju akhirat yang lebih abadi. (
Siti Zulbaidah Hasan, di ikutkan dalam lomba Esai “ Aku dan FLP bersempena dengan MILAD FLP ke- 15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar