Sabtu, 03 November 2018

CERPEN ARLEN ARA GUCI ( GADIS TIMUR LAUT)

GADIS TIMUR LAUT
Penulis : Arlen ara guci

Cerpen ini terbit di ANNIDA
No. 20 Th. XII 16- 31Juli 2003 / 1-5 Jummadil Awwal 1424

Epik
GADIS TIMUR LAUT

CNN ! Mataku nanar. Berita-berita pagi ini menyisakan elegi hati. Mungkin sampai besok pagi. Usungan jenazah berkeranda bendera kebangsaan Palestina. Sontak teriak diselingi isak menyatu sampai ke pemakaman terakhir. Aku tak tahu. Kematian memang sudah hal biasa. Tetapi tidak buat mereka. Kematian mungkin sudah terlalu biasa !

****

Gurun pasir tandus. Salah satu negeri unik di Timur Tengah. Yenin, perbatasan Tepi Barat. Jalur Gaza adalah hanya beberapa kota berkemelut. Kemelut duka dan luka yang tak kan pernah bisa diberi nama. Arti sebuah ketidak pastian. Arti sebuah tanah kelahiran. Tapi sayang, hidup di tumpah darah sendiri, malah menyisakan hidup pindah - pindah tiada abadi. Sementara mereka tak punya pilihan. karena memang mereka tak bisa memilih. Sampai detik ini.

Bila sempat aku menapakkan kaki. Harapanku mata dan hati ini tak lagi bisa didustai. Apalagi genderang perang babak baru tampaknya akan segera bertalu. Sebuah perang di babak baru !

Amerika Serikat adalah negara tempat asal ku,Timur Laut Amerika tepatnya Olympia, Dekat Teluk Selatan Negara Bagian Washington.

"Tidak ! ini harus berhenti !" Aku menyeletuk di meja makan. Di hadapan Mama dan Papa. Di hadapan makanan ala "Amerika". Dalam rumah yang juga meng-"Amerika" pula.

"Kamu bicara apa anakku ? Tidakkah kamu belajar dari sejarah ?"  Mama tampak terhenyak.

"Kita tinggal dan hidup di tengah-tengah bangsa lain. Namun perlu kamu sadari, negara kita adalah negara teebesar di dunia. Negara kita terkuat di dunia. Super Power ! Policy in the word!" Papa jelas pula ikut menyela Mama.

Hal ini telah terjadi berulang kali. Setiap kali aku ingin menepis anggapan Mama dan Papa. Bahwa bangsa ku adalah bangsa yang besar. Tapi begitu kerdil menurut hatiku. Adakah keduanya merasa keliru

Sesungguhnya bangsa ku kecil dalam  bersikap. Begitu banyak sejarah mencatat, aksi-aksi perang di torehkan. Tapi alih -alih berdalih sebagai bangsa pencipta perdamain. Aku bingung. Lain waktu bangsa ku meneriakkan apa yang mereka sebut-sebut. The Human Right Law, tapi justru mereka juga sering melabrak rambu- rambu yang ada. Walau itu sebuah badan dunia, sejenis PBB sekalipun. Tak kan mampu menghalangi nafsu besar bangsaku ini.

Tercatat negara di kawasan Asia. Konon kabarnya jatuh bangun perekonomian beberapa negara disana ulah bangsaku. Gemerincing dolar benar-benar bergetar! Sebut juga negara-negara di Kawasan Asia, Australia. Hanya Negara berkepribadian semacam Cina, Jepang dan Korea yang mampu unjuk gigi pada bangsa ku ini.

Sebuah luka lama sebenarnya sudah berpuluh tahun menganga. Nun jauh disana. Gurun pasir tandus Arabia. Perang Teluk tahun 1991. Hadiah berupa embargo ekonomi diberikan bangsaku ini untuk negara yang penuh peradapan Negara penyimpan sejuta budaya Babylonia, tempat Eufrat dan Tigris cantik membelah kota. Orang-orang.menyebutnya Negeri 1001 malam. Saat ini tengah menghitung hari. Siap tak siap menerima serangan pembuka. Perang babak baru di milenium ketiga

................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sang Mistikus Kasih Cerita Budaya yang bahagia

 Sang Mistikus Kasih, Sebuah Kumpulan Cerpen tema budaya yang membuat kita kaya dengan budaya Indonesia yang Indah Tabir kain berwarna kunin...