Selasa, 20 Desember 2011

TITIP CINTA


TITIP CINTA
BY : SITI ZULBAIDAH

Kupandangi wajah mereka yang berseri- seri satu persatu, sebenarnya jantungku dag- dig dug bunyinya semakin keras seakan memecahakan gendang telingaku, aduh... mengapa aku terima permintaan si Rani ya untuk mengantikannya mengajar di kelas ini, padahal aku tahu betul reputasi kelas  ini, biangnya ribut dan banyak  yang suka cabut trus nongkrong di kantin belakang sekolah. Tapi aku sudah berjanji untuk membantu dia selama Rani cuti melahirkan.
Ayolah sis, bantu aku mengajarkan anak- anak selama aku melahirkan nanti, ngak mungkinkan selama tiga bulan anak- anak itu ngak belajar?”.  “ Tapi  Ran, aku kan belum pernah mengajar di depan kelas,  pengalaman mengajarku sih ada tapi anak- anaknya ngak seramai ini”. “ aku yakin kamu pasti bisa”.
Masih tergiang di telingaku percakapan kami kemarin, Rani begitu yakin kalau aku bisa mengantikan dia untuk mengajar .
Hari pertama di mulai debaran jantungku tak kompromi padaku  Padahal sudah semalaman aku melatih diriku di depan cermin  agar tak gugup, namun keringat dingin terus mengucur di telapak tanganku, tapi ku harus bisa “ Ya Allah mudahkan lisan ini untuk menyampaikan ilmu dan berilah kepahaman ilmu bagi anak- anak ini”.
Perkenalan di mulai,  bak seorang guru yang profesional kutuliskan nama ku di papan tulis agar anak-anak kenal dengan guru barunya Siska Ayuning tyias, SH.  Agar suasana mencair ku,  ku artikan gelar terakhir dinama ku, SH sama dengan Sangat Hebat, lalu yel- yel sedikit sebagai peyemangat “ Siapa mau pintar tepuk tangan” prok-.prok, “ siapa mau juara tepuk tangan”, prok- prok, “ Siapa mau hebat hentak kaki”, bum—bum. Yes akhirnya pertemuan pertama, sangat  menyenangkan, semoga hari berikutnya juga bisa ku takhlukan kelas ini.
Pertemuan Ke dua dengan anak- anak, tapi detak jantungku terus saja berpacu walau ini sudah kali kedua aku masuk kelas ini,  kuabsen satu persatu anak- anak didik ku  “ Arif Rahman, Adit Prabowo, Afifah Afra, Bagus Wicaksono, Boby Siregar, Chory Pamela, Dany Raharja, Desi Somalia, Feni Rahmawati, Firman Sagala, Indah Kusuma Wardani, Intan Permata,Muhammad Ilham , Nurti Sari Dewi, Nilam Cahaya, Santi Feronika, Sandra Hafsari, Syarifah aini, Tita Wulandari, Tia Simanjuntak, Toto Kurniawan, Usi Susilowati, Wiwit Candra, Yopi Hasanah ,Yozi Fernanda, Yoga Saputra, Zahratul Jannah ” dengan mengabsen anak- anak satu persatu semoga detak jantungku kembali normal, oh tidak,.. aku salah ternyata hanya sejenak jantungku normal, yang ada sekarang gendang telingaku semakin sakit, kepala ku mau pecah, kebiasaan anak-anak untuk ribut dan tak peduli  pada guru mulai menunjukan gejalanya, dimulai dari barisan belakang Zahra dan Afifah tanpak kasak kusuk,  bercerita ntah apa yang mereka ceritakan nampaknya asik sekali, trus ada Arif dan Yoga juga bercerita, kemudian entah siapa lagi yang meneruskan   yang terdengar hanya  seperti suara lebah  yang bersahut- sahutan, apa yang salah ya dengan diri ku hari ini ? hampir sepuluh menit ku terdiam di depan kelas, sambil memutar otak ku bagaimana caranya agar kelas ini menyenangkan, dan tidak menimbulkan keributan, kasihan kelas sebelah yang begitu serius mendengarkan pelajaran jadi tergangu.
Dengan tekad  yang membara ku harus bisa menaklukan kelas ini, berbagai cara kulakukan agar ku bisa menarik perhatian anak- anak didik ku, pertama kuharus hapal nama dan wajah  anak- anak ini di luar kepala agar ku tahu bagaimana sifatnya. Lumayan lah untuk tahap awal. , kemudian bertanya di bagiaan pendataan siswa biodata dari siswa didik ku,  kutulis satu persatu tanggal lahir dan alamat dari siswa didik ku, kulingkari tanggal di kalender yang ada di meja belajar, dalam waktu tiga bulan ini aku harus bisa menaklukan anak- anak agar mereka mau belajar dengan semangat.
Metode belajar pun ku ubah agar anak- anak itu menyenangi Pelajaran ini , walau tak sesuai dengan petunjuk si Rany, yang  jelas Pokok bahasan yang ku ajarkan sesuai dengan kurikulum KTSP, dan sesuai dengan Perangkat Pembelajaran yang sudah dibuat oleh Rany, Metode yang ku gunakan adalah lebih banyak  Metode Diskusi, dari pada Metode Ceramah.  Anak- anak ku berikan keleluasaan untuk menjawab pertanyaan yang kuajukan dan boleh bertanya apa saja tentang materi yang kuajarkan, namun untuk bertanya kayaknya anak- anak tidak mau  melakukannya, apakah sudah paham, atau malu untuk bertanya, akhirnya yang terjadi lebih banyak aku yang mengajukan pertanyaan.
Setelah beberapa kali pertemuan akhirnya setiap masuk kelas itu jantungku tak lagi bedetak dengan kecang, yang ada sekarang rasa bahagia bila kakiku mulai masuk kekelas itu, tapi untuk menghentikan suara merdu mereka untuk berhenti diawal pelajaran ini yang belum sukses ku lakukan, kayaknya mereka memang suka mengapresiasikan suara mereka sebelum benar- benar terpaku pada pelajaran, hem.
Mataku terpaku pada bangku paling belakang pojok kiri yang selalu kosong, tanpa ada penghuninya, tapi sebuah tas terletak diatas meja itu dengan santainya. Ingin kutanyakan pada warga kelas yang lain kemanakah penghuni bangku ini? “ Si Yozi Cabut buk”  sebuah suara dari arah samping kanan ku, seakan mendengar bahasa batinku. Mata ku berpaling kearah asal suara tadi, “ Boby apakah kamu tahu kemana perginya Yozi ?” Mungkin ke kantin Elok tuh buk, atau kalau ngak ke Warnet Olla, diakan maniak main PB buk.”  “ Oh gitu ya” . Kepalaku kembali berdeyut dengan kencang, ternyata kantin, maupun warnet lebih menyenangkan bagi anak- anak ku dari pada duduk diam di kelas mendengarkan pelajaran.
Sebuah tantangan baru bagi guru- guru sekarang, bahwa anak- anak lebih suka ke warnet yang menyediakan berbagai permainan Virtual yang menyenangkan dari pada belajar di kelas mendengarkan pelajaran dari guru, kasus banyaknya anak- anak yang cabut di jam sekolah , anak – anak yang cabut ini bisa di temukan di warnet- warnet yang sekarang bertaburan bak jamur di musim hujan. Bahkan anak- anak rela berlapar- lapar ria tidak belanja makanan tapi malah suka ke Warnet untuk main PB, bahkan yang sudah sangat  maniak berani untuk tidak membayarkan SPP bulannya, uang yang seharusnya di beri orang tua untuk bayar SPP malah di bayarkan ke tempat Warnet. Bahkan ada anak yang tak pernah pulang kerumah karna sudah maniaknya dengan permainan yang di sajikan di warnet, dalam hal ini sebagai sesama pendidik bagi orang tua yang memiliki anak punya kecendrungan selalu main di Warnet, yuk kita sama- sama memantau anak kita, jangan biarkan generasi penerus kita menjadi generasi mesin, yang hatinya sudah keras dengan berbagai permainan kekerasan yang di sajikan pada dunia maya, otak mereka telah di cuci dengan adengan pornografi yang terbalut dalam permainan yang tersaji dalam dunia game Virtual. Contohnya aja permainan PB ( Point Blank) sampai saat ini masih di gandrugi anak- anak,  permainan yang mengajarkan kekerasan membuat anak- anak tak lagi punya nurani, untuk sampai pada level General ( GEN) perkiraan menang dalam berperang 102 – 104 kali, untuk mencapai kemenangan banyak senjata yang disediakan, mulai dari tangan kosong,  Pisau, Pistol, Senapan, Boom. Dan para pemain boleh mengunakan senjata itu untuk membunuh musuh, sehingga emosi sianak pun terbawa dengan alur permainan sehingga di alam nyata pun anak- anak seakan masih berada pada alam bawah sadarnya, jika dia mulai berkelahi dengan teman- temannya dia akan berusaha mencari senjata untuk mengalahkan musuhnya.
Sangking mudahnya akses internet di kalangan para generasi muda, banyak tayangan- tayangan pornografi yang seharusnya tidak di kosumsi oleh anak- anak usia sekolah, akibat  yang terjadi anak- anak menjadi lemah kosentrasinya, yang terbayang di kepalanya adalah adegan demi adegan yang dia lihat di Internet.  
   Seperti yang terjadi kemarin, kulihat si Adit tidak pernah semangat belajar, padahal aku sudah mencoba menawarkan bagi yang bisa menjawab pertayaan ibu akan, ibu beri hadiah, ketika yang lain begitu bersemangatnya menjawab pertayaan yang ku ajukan, si adit hanya diam tanpa ekspresi matanya memang memandang padaku, tapi sorot matanya seakan berfikir kealam lain, lalu ku dekati mejanya, ku tanyakan sebuah pertayaan padanya “ Adit coba sebutkan icon yang terdapat pada toolbar standar?”.  Adit terkaget seakan tak menyangka aku sampai pada mejanya, untuk mengilangkan kegagapannya, kucoba bertanya pertayaan ringan padanya, apakah Adit suka kewarnet ya? Pertama dia menjawab tidak ada buk, tapi teman- teman lain bersorak sorai “ dia tiap hari di warnet tuh buk”, “apa yang di lihat di warnet dit?”, Cuma main PB kok buk, jawabnya spontan seakan ingin membela diri dari serangan teman- temannya, “ benar kah hanya PB yang Adit lihat? apakah tidak ada yang lain? Buru ku padanya, Adit hanya diam, ku tahu keterdiamnya itu memperkuat analisa ku bahwa dia melihat adegan yang tidak seharus nya di tonton. Ku inggat Adit kan termasuk salah satu siswa yang tertangkap HP kameranya karena memuat adegan pornografi di dalam HP nya.  Mau jadi apa generasi ku yang akan datang jika mentalnya sudah rusak begini. Setiap memikirkan ini migranku selalu saja kambuh.
Sejak mengenal karakter anak- anak didik ku ada sesuatu tumbuh dalam relung hati ku sebagai Guru sekaligus orang tua bagi anak- anak didik ku,setiap prestasi yang di torehkan menimbulkan perasaan bangga menyeruak di dada ku, Seperti yang terjadi kemarin salah satu anak didik ku mengikuti POPNAS ( Pekan Olahraga Pelajar Nasional) do’a ku selalu untuknya semoga dia menang dalam kompetisi, dan mengharumkan nama daerah dan sekolah.” Citra gimana kemarin pertandingannya?” “ Alhamdulilah buk menang walau tak dapat juara satu, peringkat tiga lumayanlah buk”. “ Selamat ya nak” , puji ku penuh arti.  Bahkan ketika ada perlombaan dai muda yang diadakan oleh Departemen Agama, Semoga anak didik ku menang jadi juara satu. Walau banyak event  yang  di ikuti oleh anak didik ku tak pernah ku lihat secara langsung, namun untaian do’a ku buat kemenangan mereka selalu saja terucap.  
Kesalahan yang dilakukan anak- anak dididik ku, membuat Migran ku kambuh, berharap hal tersebut tidak lagi di ulanginya.
Kebersamaan kami tidak hanya ada di dalam kelas, namun di dunia mayapun kami sering melakukan interaksi,  saling memberikan Like pada Status yang baik, memberikan coment pada status yang dibuat. Memberikan ucapan selamat ulang tahun pada yang merayakan ulang tahunnya.
Telah  tiga bulan terlewati bersama mereka sudah saat nya aku pamit, dan Rany sudah akan bersiap kembali mengajar pasca melahirkan putri cantiknya. Berat rasanya meninggalkan anak- anak didik yang membuat pelangi di hati ku. Membuat bintang di setiap do’a ku. Air mata ku mulai mengalir seperti hujan di tengah siang, berharap ada pelangi setelah hujan berhenti. Untuk mu anak- anak ku  Kutitip Cinta pada mu, Cintailah ilmu maka kesuksesan akan mengiringi mu

*) Pekanbaru, 25 November 2011. Bersempena dengan Peringatan Hari Guru, buat seluruh guru yang ada di seluruh Indonesia, terkhusus buat guru yang ada di Provinsi  Riau Selamat Hari Guru. Semoga Indonesia semakin tercerahkan dengan peran serta para guru, dan terimakasih yang tak terhingga atas jasamu  mendidik putra putri bangsa ini. 

Alhamdulilah Terbit di Haluan Riau ( ahad, 4 Desember 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sang Mistikus Kasih Cerita Budaya yang bahagia

 Sang Mistikus Kasih, Sebuah Kumpulan Cerpen tema budaya yang membuat kita kaya dengan budaya Indonesia yang Indah Tabir kain berwarna kunin...