Kamis, 06 Desember 2012

SAAT BERSAMA AYAH


saat bersama ayah
oleh : siti zulbaidah hasan
Sejak kepergian bunda untuk selama- lamanya kulihat mendung dimata Ayah, dan satu persatu penyakit  mulai menyerangnya. Seperti kejadian malam  itu  kulihat Nafasnya sudah mulai sesak, matanya merah, aku jadi bingung mau berbuat apa, kulihat isi dompetku hanya sepuluh ribu rupiah, sekarangkan udah akhir bulan, pantesan aja duit ku lagi seret nieh. Alhamdulilah lima bulan sebelum ibunda pergi saya sudah mendapatkan pekerjaan walau hanya sebagai Tenaga honorer tata usaha pada sebuah sekolah, dan masih terbayang dalam ingatan ku  senyum  bahagia bunda ketika gaji pertama  ku serahkan semua pada bunda, walau pada akhirnya uang itu kembali pada ku karna selain bekerja statusku masih mahasiswa dan uang itu ku gunakan untuk membeli buku- buku yang kuperlukan untuk mengerjakan tugas kuliah ku.
Kebingungan menyergapku, “ aduh gimana nieh mau bawa ayah ke dokter uangku tak cukup?” untuk menghilangkan kepanikan ku langsung kubuat air teh hangat buat ayah agar nafasnya kembali normal.  Alhamdulilah setelah meminum teh yang kubuat ayah sudah mulai baikan, aku  tidak tahu apakah wajah panik ku yang membuat ayah cepat pulihnya, atau air teh hangat tadi  ya? Entah lah yang terpenting bagiku adalah ayah sembuh, itu membuat aku lega.
Kejadian minggu lalu kembali hadir lagi di depan mata ku, sekarang tidak hanya sesak pada nafasnya tapi terjadi pembengkakan pada kakinya, ini tak bisa kubiarkan lalu aku bergegas ke rumah kakakku yang nomor tiga, untuk memintanya membawa ayah kerumah sakit, ikatan batin kami memang kuat belum jauh aku melangkah dari pintu kulihat kakak datang hendak melihat kondisi ayah. Kuceritakan kondisi ayah padanya bahwa ayah sedang sakit, tanpa berkata- kata dia langsung menelpon Suaminya untuk mengantar Ayah kerumah sakit, Sepanjang perjalanan ku selalu berdo’a pada Allah agar ayah jangan sampai di Opname ku takut harus kehilangan orang – orang yang kusayang, sampai detik ini pun aku masih takut dengan Rumah sakit karna di rumah sakit aku kehilangan orang- orang yang ku sayang, pertama sekali adalah  kakakku yang nomor satu, beberapa tahun berikutnya ibundaku meninggal di rumah sakit yang sama.Setiap aku memasuki gedung putih ini hatiku selalu bergetar “ Ya Allah berikan kesembuhan pada Ayah” doa ku di sepanjang proses pemeriksaan ayah.  Alhamdulilah Allah mendengar do’a ku ayah boleh rawat jalan.
Sejak di vonis bahwa ayah terkena penyakit jantung koroner dan wajib minum obat sampai kesembuhannya pulih, aku terus bekerja tak peduli dengan ke ingin ku sendiri karna bagiku ayah adalah bagian  terpenting dalam hidupku. Bahkan aku rela untuk tidak membeli sepatu baru padahal kalau dilihat sepatu ku itu sudah robek di kiri dan pada bagian alasnya sangking seringnya aku mengunakan sepatu itu.
Untuk makan pun aku selalu memikirkan ayah, jika uangku hanya cukup untuk membeli satu porsi makanan maka aku harus bersabar membeli makanan itu hanya untuk ayah saja tanpa memikirkan diriku yang sebenarnya mengingikan makanan itu.
Setiap malam ku selalu berdo’a pada Allah agar Allah memberikan kesembuhan bagi ayah, air mata ku selalu berlinang memohon pinta pada  Allah yang Esa agar memberikan kesembuhan bagi ayah,  rasanya tidak sangup aku untuk kembali kehilangan orang- orang yang kusayang untuk kesekian kalinya.  Aku ikhlas untuk bekerja siang malam untuk mencari uang demi pengobatan Ayah. Bahkan aku berusaha untuk membawa ayah pada dokter jantung terbaik di kota kelairan ku ini. Walau konsekwensinya aku harus menahan segala keinginan diri pribadi agar uangku cukup membawa ayah untuk berobat.
Dalam hal jodoh pun aku tak inggin melepas perannya sebagai seorang ayah, sampai- sampai persetujan dari ayah ku jadikan  syarat kedua jika ada orang yang inggin mendekati ku, ya walau sampai hari ini belum ada orang yang bisa memenuhi syarat itu, ku yakin bahwa dalam  Ridho orang tua terdapat kerido’an Allah. Soal jodoh kapan datang nya ku yakin bahwa Allah tidak akan membebani hambanya di luar batas kemapuan hamba tersebut.
Pernah pada suatu hari di bulan Ramadhan di dompetku hanya ada uang dua ribu rupiah, kulihat stok berasku telah habis, bahan- bahan untuk dimasak juga sudah habis, kebingungganku melandaku, akhirnya agar ayah tak tahu dengan risau ku, sejak mulai zuhur sampai waktu magrib kian dekat ku duduk di sebuah mesjid terbesar di kota kelahiranku, air mata ku tak pupus untuk berdo’ a pada Allah agar Allah memberikan rezki pada ku, kebiasan di mesjid- mesjid besar  di kota kelahiranku pada bulan Ramadhan setiap harinya menyediakan makanan dan minuman gratis untuk jamah yang berbuka di mesjid tersebut. Sengaja makanan yang di sediakan untuk berbuka  itu kuambil dan ketika waktu berbuka hanya minuman saja yang ku  minum, sedangkan makanan kecilnya kusimpan untuk ayah ku berbuka nanti. Lalu aku pulang kerumah dengan langkah yang  lemah  karna ku tahu di rumah pasti ayah hanya berbuka dengan teh panas dan tanpa ada makanan di sisinya. Tapi alangkah kagetnya diriku  saat  tudung saji dibuka  ada sambal beberapa potong dan gorengan serta ada juz buah terdapat disana, Alhamdulilah ya Allah begitu banyak nikmat yang Engkau berikan pada hamba, hamba hanya meminta agar ada sambal untuk berbuka eh ternyata Allah berikan lebih banyak dari yang ku pinta, Ya Allah nikmat mana lagi yang harus hamba inggkari. Lalu ku tanya pada ayah siapa yang mengantar makannan ini, ternyata kakakku yang nomor tiga tadi berkunjung kerumah dan dilihatnya tak ada satupun makanan yang ada dirumah lalu dia bergegas pulang untuk mengambil sambal dan membeli makan kecil untuk berbuka.
Menjelang kepergian  Ayah untuk selama-lamanya, Ayah berikan kesenangan dalam hidupku, Rumah baru, Mesin Cuci baru ( sebelumnya di rumah sewa sebelumnya tak punya mesin cuci). Kulkas baru  ( dulu ada tapi rusak dan tak pernah di perbaiki ), kompor gas baru ( sebelumnya kami memasak hanya mengunakan kayu), hanya 3 minggu berselang setelah kebahagian yang ayah berikan.
Lagi- lagi gedung putih itu menjadi penghancur mimpi ku, ketakutanku selama ini pada rumah sakit kembali terjadi orang yang kusayang lebih di cintai Allah untuk kembali kehadapannya. Tepat di hari Senin, 15 Oktober 2012 jam  20.10 malaikat izrail membawaya dengan mudah.
Untuk mu wahai Lelaki yang telah mendidik, dan merawat saya  dari kandungan bunda hingga dewasa, hanya do’a yang sanggup ku lantunkan buat mu “ Ya Allah terimalah Amalan Ayahnda semasa dia masih bernyawa, posisikan beliau di sisi terbaik bersama MU, Jauhkanlah dia dari Siksa kubur maupun siksa Neraka” . Amiin... Amiin..Amiin Ya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lomba Cipta Puisi Nasional 2024 ( DL 28 Agustus 2024)

  MENULIS PUISI DAPAT SMARTPHONE & UANG TUNAI✨ Mari tuangkan perasaan kita melalui puisi dengan mengikuti Lomba Cipta Puisi Nasional 202...