Senin, 05 Agustus 2024

Lomba Cipta Puisi Nasional 2024 ( DL 28 Agustus 2024)

 


MENULIS PUISI DAPAT SMARTPHONE & UANG TUNAI✨

Mari tuangkan perasaan kita melalui puisi dengan mengikuti Lomba Cipta Puisi Nasional 2024 dari Fun Bahasa.

Tema bebas (tidak ditentukan). Terbuka untuk umum. Tidak ada batasan usia.

🏆HADIAH UTAMA
✅ 1 Unit Smartphone
✅ Uang Tunai total 3jt+
✅ Medali Juara
✅ Sertifikat Cetak
✅ Blocknote ekslusif
✅ Gantungan Kunci
✅ Buku Antologi Puisi
✅ 200 Puisi Terbaik Dibukukan

🔶SEMUA PESERTA mendapatkan:
- E-Sertifikat Nasional
- E-Book Kiat Menulis Puisi
- Voucer Suvenir Rp 20.000,-
- Voucer Pre Order Buku Rp 10.000,-
- 200 Puisi Terbaik Dibukukan

Pendaftaran dan Panduan Lomba kunjungi: funbahasa.com

Narahubung:
0857 4957 0828 (Anisa)

#LCPN2024 #funbahasa #lombapuisi #lombapuisinasional #lombapuisi2024 #lombamenulispuisi #lombaciptapuisi #infolombapuisi #infolombamenulis #puisi


sumber : 

https://www.instagram.com/p/C9rWLZTRH0h/




Selasa, 18 Juni 2024

 LOMBA MENULIS CERPEN, PUISI DAN PANTUN ( DL 23 JUNI 2024)



Salam sastra!
Komite Sastra Dewan Kesenian Riau taja Laman Cipta Sastra tahun 2024, dan membuka penerimaan karya Tuan, Puan, dan kengkawan penulis sekalian. Tiga kategori yang diperlombakan yaitu Cipta Puisi; Cipta Cerpen; dan Cipta Pantun. Silahkan mengirimkan karya hingga batas akhir penerimaan naskah yaitu pada tanggal 23 Juni 2024 pukul 23.59 WIB. Untuk informasi lebih lanjut dapat melihat juklak/juknis Laman Cipta Sastra DKR tahun 2024.

Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada Malam Puncak yang dirangkai dengan Sembang Sastra Riau pada tanggal 29 Juni 2024 di Pekanbaru.






untuk ketentuan lomba silahkan baca link : 


https://www.instagram.com/p/C7RJCSaPFkn/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Sabtu, 11 Mei 2024

LOMBA MENULIS CERPEN DI GRAMEDIA ( DL 18 JUNI 2024)

 






Lomba Menulis Cerpen Nasional 2024 di Gramedia

Tema yang diangkat dalam ajang agenda lomba menulis cerpen ini adalah sebagai berikut;

Menghidupi Literasi, Berkarya Sesuai Zaman

Syarat dan Ketentuan Lomba Menulis Cerpen Nasional 2024 di Gramedia

  1. Peserta yang mendaftar dalam lomba menulis cerita pendek ini adalah masyarakat Indonesia secara umum
  2. Semua peserta dalam ajang agenda lomba ini dilakukan secara online juga lho ya jadi bisa kalian ikuti dimana saja
  3. Peserta dalam lomba ini membuat karya yang sesuai dengan tema dalam lomba sebagaimana yang sudah admin bagikan juga
  4. Peserta dalam lomba ini membuat karya sendiri aliasnya bukanlah karya hasil plagiat dari milik orang lain juga ya
  5. Peserta dalam lomba ini tidak ada batasan usia serta batasan pendidikan juga lho ya
  6. Kalian yang mau ikutan dalam lomba ini ditulis dalam bahasa Indonesia juga teman-teman jadi tidak boleh ya mempergunakan Bahasa Inggris
  7. Kalian yang mau ikutan dalam lomba membuat cerita pendek dengan panjang karya 1.500 sampai dengan 2.500 kata dengan Times New Roman, ukuran font 12, dan spasi 1,5
  8. Kalian yang mau ikutan dalam lomba ini memiliki batas akhir pendaftaran dimana batas akhir pendaftaran dan pengiriman karya dilakukan sampai dengan Tanggal 18 Juni 2024 

Hadiah Lomba Menulis Cerpen Nasional 2024

Pemenang dalam lomba ini akan mendapatkan hadiah yang berupa uang tunai dengan totalnya 25 Juta lho ya. Tentu saja hadiah tersebut dibagi kedalam lomba yang lainnya yaitu lomba future juga teman-teman

https://www.informasilomba.com/2024/04/lomba-cerpen-2024.html 

Sebait Rindumu Michelle

 

Sebait Rindumu, Michelle

Azzura Dayana

Sumber : Annida No 11/XIV/16-30 Maret 2005


Pangkal Pinang, 2004

setiap kali memandang mata lukisan kucing putih yang tergantung di dinding kamarku, aku selalu teringat pada sepasang mata yang sama. biru dan sipit, tetapi bukan mata kucing. ia sepenuhnya manusia.

malam beranjak larut.bintang itu masih setia disana. Memancarkan sinar bersahabat. " Bintang itu milik kita,Tan", seperti terdengar lagi suaranya berbisik di telingaku.

Tidak,Mich.Aku menggeleng. Bintang itu bukan milik kita, Bintang itu milik Rabb-ku. dan harusnya Rabb-mu juga.

Indralaya, awal September 2001

Gadis itu telah menjadi perhatianku sejak pendaftaran ulang mahasiswa baru di kampus kami, Unsri. Ia memamng manusia. tapikendatupun begitu, ada banyak hal pada dirinya yang membuatku mengganggap dirinya sebagai kucing. matanya yang tajam dan bersinar, kulit putihnya yang bersinar seperti bulu kucing, kuku-kukunya yang panjang, serta sikapnya yang kadang malu-malu di hadapan orang banyak. tapi seketika menjadi lumayan lahap bila membelakangi orang.

"Hah?Cowok gombal.Masa menyamakanku dengan kucing?!" gerutunya ketika kusampaikan pemikiranku. Tangan panjangnya membuka loker dan mengambil sesuatu dari sana. Sekilas ia menatapku konyol. Benar-benar cewek unik.

Gadis itu memakai sepatu sport hitamnya tergesa.Alisnya terangkat ketika mulutnya mendesah."Well,it's up to you. But,a sweet cat!Okay?"

Aku tertawa.Dia berlari mengejar tim basketnya yang bersiap kelapangan. Siang ini memamng ada pertandingan basket antar fakultas.

Indralaya, awal Oktober 2001

Aku mulai bersahabat dengan cewek jangkung yang unik itu. Bukan cuma unik,kadang juga menjengkelkan karena'sifat kucing'nya.

"Titan , dipanggil Pak Zaky." ujar Arum, Temanku ketika aku asyik mengunyah burger ayam di meja kantin. Aku beranjak dari kursi.

"Selesaikan dulu makannya,Tan." Kata Arum lagi.

"Sekarang saja.Rum.Takut penting," jawabku.

" Tidak sayang sama buger kamu?" Arum menggodaku seraya melirik burger ayamku yang nyaris utuh.

"Tenang.Kamu sudah kenyang kan,Sweet Cat? "Teman makanku itu mengangguk, tanpa bergeming dari kursinya. Ia sendiri sudah selesai dengan porsinya.

Kutemui dosenku,{ak Zaky. Tidak lama, hanya limabelasmenit. Dan ketika kembali ke kantin, Sweet Cat sudah tidak adalagi, juga burger ayamku.

Kubaca kertas kecil yang tertinggal di meja ;"Sorry burgermu menggodaku. Aku jadi lapar lagi. Sekalian, porsiku juga belum kubayar. Satu lagi : I'am Michelle, no Sweet cat. Thanks. Bye!".

Indralaya, akhir Oktober 2001

" Halo, kakak Tingkat!"gadis itu mengejutkan aku yang sedang melamun di bangku taman.

Aku tidak menggubris sapaaanya. hanya sedikit memicingkan mata karena bandul salib besar di lehernya yang silau terkena matahari.

" Kenapa murung?" tanyanya seraya mengambil tempat didekat ku.

"Ucapkan selamat jalan padaku. Hari ini terakhir kalinya aku di sini." aku menaikan kedua kakiku ke atas bangku dan memeluk lutut tak bersemangat.

" Jadi, tawaran ayahmu itu serius?"

Aku mendesah." Kenapa aku punya ayah yang otoriter begitu? Heran, orang lain susah payah ingin kuliah di sini, aku malah disuruh pergi dari sini."

" Bodoh, kau laki- laku. Jangan tunduk saja dong. Lawan! 

Kalau aku jadi kau sudah lama aku berontak.

Lagi pula, kau baru semester tiga, belum pantas mewarisi tahta perusahan ayahmu.” Sahabatku itu menudingku.

” Aku sudah katakan tidak siap, Sweet cat. Tapi ini resikoku sebagai anak tunggal. Lelaki satu-satunya. Aku mencoba mengalah, dengan menuntut melanjutkan kuliah sambil menjabat. Tapi ayahku bersikeras, katanya tuntutan macam apa itu? Kerja ya kerja. Kuliah di cukupkan supaya kerja tidak stengah-setengah. Aku tidak sanggup mandiri jika bertekad melarikan diri. Lagi pula, aku tidak mungkin melakukan itu.

Sweet cat menghela napas berat. Dapat kulihat sebongkah kesedihan di mata kucingnya.

Malam terakhirku di Indralaya, dia bahkan masih sempat menelponku.

” Kau lihat bintang yang paling terang itu, Titan?”

Aku menyibak tirai kamarku. Kucari bintang yang ia maksud.”So,what?”tanyaku hambar.

“Bintang itu milik kita,Tan. Bintang persahabatan Kita. Aku ingin kau melihatnya setiap malam, walau di Pulau Bangka itu nantinya.”

Aku menarik nafas. Kutunggu suaranya lagi, tapi ia juga diam.

” Hei. Kau bukannya takut kehilangan aku, kan?” tanya jenaka.

” Tentu saja tidak!”tukasku,bertentangan dengan hatiku.””Mm...maksudku..sedikit.”

Dia tertawa kecil di ujung telepon.

Sweet Cat is always in your heart, wherever you are.”

“ Yeah. Maafkan aku sering mengejekmu dengan nama itu.”

” Aku tidak marah.Aku berbohong waktu kukatakan aku tidak suka itu.”

”Terimakash untuk segalanya. Selamat tinggal, Michelle, ucapku pilu. Sempat ku tangkap tawa sedihnya ketika kupanggil dia pertama kalinya dengan nama itu.

Michelle. Nama yang bagus

Pangkal Pinang, pertengahan 2004

Kucing putih yang manis.

Sepertinya kenangan itu telah jauh tertinggal. Mata itu kini terlihat kusam. Sinar serinya pudar entah di telan masa yang mana. Mungkin setelah sepeninggalku, atau mungkin begitu melihat aku yang sekarang, Entahlah.

” Masih ingat aku,Tan?” sapa pertamanya ketika kudapati dia di muka rumah kontrakanku sepulang menarik taksi malam itu. Aku memang bekerja setegah hari hingga larut mala, paginya kuliah.

” Baguslah,”.Dia melihat anggukanku. Mata tanjamnya mengamatiku dari ujung rambut sampai ujung sepatu. Kubiarkan tangannya terulur.

” Aku tak percaya kau mencariku hingga ke sudut kota ini. Untuk apa ? ”

” Tentu saja untuk menginterogasimu”, ujarnya. ” Tenang, orang tua mu at akan tahu. Ku temui beberapa hari lalu pu, sepertinya mereka tidak peduli lagi dengan keberadaanmu. Malah, sekarang mereka telah mengangkat dua orang anak, tentu saja yang lebih berbakti dari mu.”

Aku tak menjawab apa pun. ” Kau menyedihkan sekali...” tatapannya aneh.

Ungkapan yang sama seperti ayah, Oh Tuhan, kenapa orang- orang seperti mereka tidak pernah bersedia menyelami dahulu apa yang telah aku alami sebelum mereka berburuk sangka ?

Gadis itu duduk di atas kursi beranda. Aku memang tidak berniat mengajaknya masuk ke dalam, Iwan belumpulang. Aku tidak mau berkhalwat.

“ Jangan khawatir, kau akan tetap menjadi teman terbaikku. Aku masih akan menerima mu asal...” ia berhenti sejenak.

” Kita kembali lagi seperti dulu. Bersahabat erat, berada di jalan kita. Tinggalkan kehidupanmu yang konyol ini, Tan.”

”Aku tidak bisa, ” sahutku tetap dalam posisi berdiri, tanpa sekejap menatapnya.” ini jalan yang telah aku pilih.”

” jalan apa, Tan ? jalan kehinaan, yang membuatmu diusir dari rumah, tidak dianggap anak, lalu hidup sengsara di tempat ini ? Islam itu apa,Tan? Hingga kau rela tinggalkan semuanya. Kau lihat orang Islam di luar sana,yang...”

” Jangan hina agamaku, Michelle,”sergahku cepat.

”Kau melihatnya dari sisi ketidaktahuanmu. Dulu aku pun berusaha menolaknya. Tapi semakin kulakukan itu, semakin aku tidak bida membutakan mataku darinya. Tak mungkin kujelaskan semuanya dalam satu waktu. Aku mempelajarinya begitu lama. Jika kau mau mencobanya, aku akan sangat berbahagia. Dulu kita bersahabat. Dan hingga hari ini kita tetap bersahabat,. Hanya caranya yang berbeda.”

Kepulangan Iwan menuntaskan pertemuan kami malam itu. Michelle beranjak tanpa meninggalkan satu kata

Pangkal Pinang, Juli 2004

Hidupku memang berubah. Pada awal masa jabatanku di cabang baru perusahaan Ayah disini, aku merasa gerah. Tak pernah ada kata konsentrasi dalam kamus kerjaku. Ayah menetap di Jakarta bersama Ibu, mengurus perusahan pusat. Aku sendirian di sini

Yang kurindukan hanya kuliah. Semuanya tentang kuliah :kampus, teman-teman, dosen, dan buku-buku. Ujung-ujungnya tempat peredaranku akhirnya sekolah-sekolah tinggi yang ada di Pangkal Pinang. Kegiatanku sehari-hari adalah membaurkan diri dengan para mahasiswanya, tentu saja dengan menyembunyikan jati diriku pada awalnya. Kutinggalkan sama sekali wilayah kerjaku.

Dalam pergaulan inilah aku bertemu dena Iwan dan teman- temannya. Para aktivis kamus yang cita mushala, maksudku selalu menghidupkan mushola dengan banyak kegiatan. Awalnya terasa aneh bagiku, sebab sangat berbeda dengan keyakinanku. Tapi penerimaan dan keakraban mereka makin merekatkan hubungan kami. Iwan menjadi orang terdekatku yang sering kuajak curhat. Aku berkenalan dengan banyak orang Islam. Mulai dari teman-teman Iwan lainnya, keluarganya, para akhawat sampai ustadz. Mau tidak mau, pengetahuan Islamku menggunung. Dan satu tahun kemudian aku bersyahadat. Perusahan yang harusnya menjadi tanggung jawabku lumpuh total, sejak di awal aku melalaikannya. Sempurnalah alasan kemurkaan ayah dan ibu begitu mengetahui semuanya. Ayah hampi saja membunuhku. Aku di usir dengan menyakitkan.

Itu semua adalah dulu, sudah berlalu.

Michelle masih juga menemuiku. Keagresifannya membuatku pusing. Sore ini, ia menungguku lagi didepan rumah. Kali ini sikapnya terlihat baik. Ia meminta maaf atas kejadian tempo hari.

” Baiklah, aku terima.” Aku menghindari tatapan penyesalanya. ” Aku hanya tidak ingin dengar kau menjelek- jelekkan agamaku. Itu saja.

Mata kucing itu menukikku. Astaghfirullah.

” Rasanya...aku ingin tahu sesuatu tentang Islam,” ujarnya, membuat alisku terangkat.

” itu bagus.Aku bersedia membantu.”

“Yah…”dia mencibirku. “ ingin sekali kucari penyebab ketololanmu ini. ” Tanggannya mengulurkan secarikkertas padaku, lalu berlalu pergi. Aku menghela napas.

Agustus 2004

Jam 9 malam. Aku sengaja pulang larut. Penghasilanku menurun. Namun ini tidak mengurangi kesyukuranku.

Aku bersyukur, Tuhan telah membawaku pada Islam,memiliki saudara-saudara seiman yang selalu meneguhkan. Tidak masalah kondisi finansialku jatuh drastis. Teman-temanku bukanlah orang-orang yang berada seperti diriku dulunya. Aku juga tidak mau menyulitkan mereka.

” ikut denganku,Tan!”Michelle tiba-tiba muncul begitu saja di hadapanku, berpakaian serba hitam dan bertopi. Ia tak berkurang cantik, namun tak bertambah matang.

” Malam-malam begini, apa yang kau lakukan, Michele?” tanyaku heran. ” kau seorang gadis, mana boleh berkeliaran seperti ini ?! kau tinggal dimana ? Pulang saja”

Aku tahu Michele seorang karateka. Tapi tetap saja, ini tidak pantas.

” Kau mengkhawatirkanku ? Apa kau masih menggapku orang yang patut kau pikirkan ?”

” Aku hanya ingin kau pulang !”tegas ku  

Lomba Cipta Puisi Nasional 2024 ( DL 28 Agustus 2024)

  MENULIS PUISI DAPAT SMARTPHONE & UANG TUNAI✨ Mari tuangkan perasaan kita melalui puisi dengan mengikuti Lomba Cipta Puisi Nasional 202...